Sabtu, 18 April 2015

Uji Vitamin C

ACARA IV
UJI VITAMIN C

 A.   DASAR TEORI
Dibanding jenis vitamin lain, vitamin C hingga sekarang mungkin merupakan jenis vitamin yang paling populer di masyarakat awam. Meski sama pentingnyadengan yang lain,memang banyak orang yang menganggap khasiat vitamin C jauh melebihi kebutuhan vitamin lain, dan hal ini seringkali dikaitkan dengan peningkatan daya tahan tubuh.
Bahkan serangkaian penelitian yang dilakukan para ahli menemukan fungsi lain yang jauh lebih menjanjikan sebagai suatu antioksidan yang mampu mencegah penyakit-penyakit lain yang lebih serius termasuk kanker dan berbagai penyakit degeneratif lainnya. Hal ini yang mungkin mendasari pengetahuan umum masyarakat tentang perlunya mengkonsumsi vitamin C, dan tak bisa dipungkiri juga,promosi-promosi dari pihak produsen. Dan terkait dengan tingginya kesadaran self medication dengan kemudahan pengaksesan informasi dimasa sekarang, salah satu kegunaan vitamin C dalam dosis yang dianggap dosis tinggi (1000mg/hari) secara praktis yang sering muncul adalah untuk mencegah flu dalam kemampuannya meningkatkan daya tahan tubuh. Buah-buahan banyak mengandung vitamin C, vitamin C alami yang terkandung dalam buah bervariasi tergantung dari jenis buah tersebut.
Menurut (Perricone, 2007:117) Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air. Ascorby palmitate adalah asam askorbat yang berkaitan dengan asam lemak untuk membuat sistem pengantar yang larut didalam lemak untuk vitamin C. Adapun karakteristik dan manfaat vitamin C adalah Larut didalam air (asam askorbat-L) atau larut didalam lemak (Vitamin C ester seperti ascorbyl palmitate), meningkatkan produksi kolagen penting, untuk berfungsinya neuro transmitters, termasuk dopamine, serotonin, dan acetycholine dan berakumulasi didalam sel darah putih untuk mempertahankan respons imunitas yang kuat.

 B.    TUJUAN
Mengidentifikasi keberadaan vitamin C pada bahan pangan.

 C.   ALAT DAN BAHAN
Alat: Tabung reaksi, rak tabung, gelas ukur, pipet tetes, hotplate, saringan, beaker glass, pisau, tisu.
Bahan: Akuades, vitamin C50 mg, sari buah tomat, sari buah jeruk, betadine, dan minute maid pulpy orange.larutan reagan HI 3850A-O dan reagan HI 3850C.

 D.   LANGKAH KERJA
Praktikum uji ke-1
Menggunakan pembanding vit C 50 mg:
1.      Sebelum dilakukan uji vit C, bahan di ambil sarinya dengan diperas memakai saringan dan beaker glass sebagai wadahnya.
2.      Siapkan tabung reaksi yang diisi dengan larutan betadine 1 ml
3.      Buatlah larutan vit C dengan melarutkan 20 butir pil Vitamin C 50 mg  ke dalam 10 ml air. Larutan itu sebagai control.
4.      Setelah semua larutan selesai disiapkan, diteteskan air dari bahan yang diuji pada masing-masing  tabung reaksi.
5.      Hitung berapa tetes larutan tersebut untuk bisa menjernihkan larutan betadine.
6.      Amati perubahan warna larutan itu dan catat.
Praktikum Uji ke-2
Menggunakan pemanasan dengan direbus
1.      Ambil sari buah dengan diperas, kemudian tuang larutan kedalam masing-masing tabung reaksi jeruk, orange, tomat dan Vit C 50 mg.
2.      Panaskan  ke-empat larutan tabung reaksi kedalam air rebusan yang telah disediakan, lama pemanasan 10 menit pada air mendidih 100 0C.
3.      Amati perubahan warna dan catat .
Praktikum ke-3
Menggunakan Vit C test kit.
1.   Siapkan beaker glass 50ml, masukan 10ml sampel uji, tambahkan aquades hingga 50ml.
2.      Tambahkan reagan HI3850A-O sebanyak 1ml, aduk hingga rata.
3.      Tambahkan 4 tetes starch indicator, aduk dengan cara mengoyang beaker glass.
4.      Tambahkan reagan HI 3850C menggunakan pipet tetes, tetap digoyang dan hitung jumlah tetesannya hingga terbentuk warna biru tetap.
5.      Rumus hitung tetesan:
Jumlah tetesan x 10=......Ppm as. Ascorbat
6.      Amati perubahan warna dan catat.

E.    HASIL PENGAMATAN
a.       Menggunakan vitamin C
No
Bahan Uji
Warna Awal
Warna akhir
Jumlah tetes
1
Vitamin C
Merah gelap
Kuning
  10
2
Jeruk
Merah gelap
Kuning jernih
100
3
Tomat
Merah gelap
Merah jambu
  60
4
Jus orange puple
Merah gelap
Kuning jernih
  80

b.       Menggunakan test kit
No
Bahan Uji
Warna Awal
Warna Akhir
Jumlah Tetes
Ppm
C6H8O6
1
Vitamin C
-
-
-
-
2
Jeruk
Kuning muda
Biru kecoklatan
85
850
3
Tomat
Merah muda
Biru tua
53
530
4
Jus orange puple
Kuning
Biru kecoklatan
229
2290

c.       Menggunakan Uji pemanasan/ direbus
No
Bahan Uji
Warna Awal
Warna Akhir
Jumlah Tetes
1
Vitamin C
Merah gelap
Kuning
  6
2
Jeruk
Merah gelap
Kuning jernih
60
3
Tomat
Merah gelap
Merah jambu
64
4
Jus orange puple
Merah gelap
Kuning
40


 F.    PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilaksanakan,praktikan melakukan analisis mengenai perubahan kandungan vitamin C yang ada pada larutan sari buah apabila dicampurkan dengan betadine akan terjadi perubahan warna. Sari buah yang di uji cobakan adalah sari buah tomat, jeruk, dan minuman orange jus puple yang sehari-hari dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya. Untuk variabel kontrol digunakan larutan Vitamin C 50 mg, dan untuk variabel bebasnya digunakan minuman pencahar yaitu pulpy orange yang  memiliki kandungan vitamin C yang tinggi.
Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali, pertama dilakukan percobaan untuk mengetahui kandungan vitamin C dalam larutan betadine yang diteteskan, dicampurkan dengan vitamin C terlebih dahulu. Kedua yaitu untuk mengetahui kandungan vitamin C  dengan mencampurkan dengan sari buah vitamin. Percobaan-percobaan tersebut menggunakan iodine untuk mereaksikan sampel yang digunakan. Fungsi larutan standart yodium (iodin)  ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dehidro askorbat sehingga akan berwarna biru tua karena pereaksi yang berlebih. Sedangkan penggunaan amilum dalam percobann ini berfungsi untuk meningkatkan kecepatan percobaan (sebagai indikator). Reaksi ini disebut reaksi iodimetri karena terjadi perubahan dari tidak berwarna (bening) menjadi berwarna biru tua, sedangkan reaksi iodometri adalah kebalikannya.
Dari hasil percobaan pertama didapatkan bahwa kadar  vitamin C pada sari buah jeruk dan pulpy orange lebih tinggi dari tomat. Ini dibuktikan dengan pemberian tetesan betadine sebagai pereaksi larutan dengan jumlah tetesan sebanyak 100 tetes. Sedangkan untuk percobaan kedua, dengan test kit untuk sari buah tomat dari semula merah muda berubah warnanya menjadi biru kecoklatan dengan jumlah tetesan sebanyak 53 tetes. Sedangkan untuk orange puply berubah warna menjadi biru kecoklatan dengan tetesan sebanyak 229 kali. Hal ini jelas menunjukkan bahwa setelah sari buah diberi reagan A dan C perubahan warna sangat mencolok. Sebenarnya pengujian semacam ini kurang baik, dikarenakan hasil yang didapatkan nantinya akan bias. Jadi tidak dapat benar-benar mengukur  kadar vitamin C dengan akurat.
Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan skorbutum, sariawan, kulit kasar, pendarahan pada kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah, kerusakan sendi dan gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas. Untuk menguji kandungan vitamin C pada bahan makanan dan minuman dapat menggunakan amilum iodida atau betadine.
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1.      Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur
2.      Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu.

G.   KESIMPULAN
1.    Vitamin C merupakan senyawa organik yang larut dalam air, tidak larut dalam lemak, mudah teroksidasi dalam kondisi basa, peka terhadap panas, stabil dalam kondisi asam dan kondisi kering, berbentuk kristal warna putih dan reduktor kuat.
2.    Prinsip analisa kadar vitamin C dengan metode titrasi sederhana iodium adalah reaksi vitamin C dengan iodin membentuk ikatan sehingga ikatan terbentuk kompleks iodium-amilum berwarna biru gelap.
3.   Kadar vitamin C murni tertinggi didapatkan pada jeruk, tomat, arbei, asparagus, kol, kentang, ikan dan hati.
4.  Untuk menguji kandungan vitamin C pada bahan makanan dan minuman dapat menggunakan amilum iodida atau betadine.

 H.   DAFTAR PUSTAKA
Suharjo, 1987. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: Kanisius


Perhitungan Kecukupan Gizi Dengan Food Weighing

Acara VII
Perhitungan Kecukupan Gizi Dengan Food Weighing

A.    Dasar Teori
Survey konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau sekelompok  orang , baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Survei konsumsi pangan secara kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis pangan yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habit) serta cara memperoleh pangan. Adapun survey konsumsi pangan secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi sehingga dari informasi tersebut akan dapat dihitung konsumsi zat gizi seseorang atau kelompok orang (Suhardjo, 1989).           
Pada prinsipnya terdapat beberapa metode survey konsumsi pangan secara kuantitatif yaitu metode recall, metode inventaris (inventory method), metode pendaftaran (food list-recall method), Food account method, metode penimbangan makanan (Food Weighing), dan food record (Gibson 2005). Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan tertentu.
Food  weighing atau penimbangan makanan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menggali informasi konsumsi pangan secara kuantitatif. Suhardjo, et. al(1987) menyatakan bahwa metode penimbangan ini mempunyai tingkat akurasi yang paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Supariasa (2002) mengemukakan bahwa penimbangan makanan / food weighing merupakan salah satu metode pengukuran konsumsi makanan secara kuantitatif pada tingkat perorangan yang digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung asupan zat gizinya.  Adapun kelebihan dari pada metode ini adalah data yang diperoleh lebih akurat.  Kekurangannya yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, mahal karena  membutuhkan peralatan, ada kemungkinan responden merubah kebiasaan  makan mereka jika penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil, serta memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
Ada berbagai cara untuk mengukur status nutrisi, salah satu diantaranya yaitu food weighing (Metodepenimbangan) (Anindya 2010). Food weighing  adalah salah satu  metode penimbangan makanan. Pada metode penimbangan makanan ini responden atau petugas  menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari.  Food weighing  mempunyai ketelitian yang lebih tinggi disbanding metode-metode lain karena banyaknya makanan yang dikonsumsi sehari-hari diketahui dengan cara menimbang (Mey 2010).  
Proses  food weighing  ini, semua makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan ditimbang dalam keadaan mentah (AP). Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap santap serta makanan pemberian. Selain itu dilakukan  inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula, garam, merica, kopi, dan sebagainya pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan malam atau keesokan harinya. Setiap selesai makan ditimbang semua makanan  yang tidak dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan pada orang lain. Makanan yang dibawa keluar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung konsumsi aktual (Kusharto&Sa’diyah 2008).
Pada metode penimbangan, respon den atau petugas menimbang dan  mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.  Penimbangan makanan biasanya dilakukan beberapa hari tergantung tujuan,  dana, dan tenaga yang tersedia.
Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan adalah petugas  atau responden menimbang dan mencatat bahan makanan yang dikonsumsi  dalam satuan gram. Apabila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga  dilakukan penimbangan sisa makanan tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi sehingga hasil yang diperoleh lebih  akurat. Selain itu ditimbang pula makanan yang diperoleh dari pemberian makanan dan makanan yang diberikan kepada orang lain, serta perlu diperoleh informasi mengenai makanan yang di konsumsi di luar rumah. Kemudian dari jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari dapat  dianalisis menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau Daftar Komposisi Gizi Jajanan (DKGJ). Selanjutnya hasil analisis zatgizi dibandingkan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) (Supariasa 2002).
Perbandingan antara konsumsi  zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan disebut sebagai tingkat kecukupan zatgizi. Klasifikasi tingkat kecukupan menurut Depkes (1996) dalamSupariasa (2002) adalah: deficit tingkat berat (<70%), deficit tingkat sedang (70-79%), deficit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%). Penilaian untuk mengetahui  tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi  zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen.

B.     Tujuan
Mengetahui angka kecukupan gizi kelompok dengan metode survei konsumsi pangan “ food weighing”

C.    ALAT DAN BAHAN
Alat : Timbangan, pisau, wajan, piring, mangkuk, kompor gas, panci, sendok, baskom
Baham : Beras, oyong, bayam, wartel, tempe,pepaya, minyak, air,dan bumbu masak.

D.    Langkah Kerja
ProsedurPercobaan
Bahan dari masing-masing menu yang telah ditentukan dipersiapkan
Ditimbang semua bahan makanan
Dicatat untuk mendapatkan berat kotor
Dikupas bahan makanan atau dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak dapat dikonsumsi
Dicatat untuk mendapatkan berat yang dapat dikonsumsi
Dimasakbahanmakanan sesuai prosedur yang berlaku
Ditimbang berat matang dan dicatat hasil penimbangan
Makanan diambil setiap anggota keluarga sesuai porsi
Ditimbangberat per porsi
Dicatathasilpenimbangan
Ditimbang jika ada makanan sisa
Dicatat hasil penimbangan
Data diolah untuk menilai konsumsi pangan

Gambar 1 Prosedur kerja praktikum food weighing

Untuk hasil dan pembahasan dapat diakses melalui: